Sabtu, 07 September 2013

LP PERSALINAN NORMAL




1 .   Tinjauan Medis

1.    Pengertian
Partus (persalinan) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Partus adalah wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. (Manuaba, 1998; 157)   
       
2.    Etiologi
Dalam persalinan ada dua hormon yang mempengaruhi dan dominan yaitu:
1).    Hormon estrogen : Meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oxcytoksin, prostaglandin, dan rangsangan mekanisme.
2).    Hormon progesteron : Menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar menyebabkan relaksasi otot dan otot polos.

Teori yang menimbulkan adanya persalinan
1).   Teori keregangan : Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu oleh karena itu setelah melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi.
2).    Teori penurunan progesteron : Proses  penuaan plasenta, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, penyempitan pembuluh darah, sehingga terjadi kebuntuan menyebabkan produksi progesteron mengalami penurunan.
3).    Teori oxcytoksin internal : Keseimbangan progesteron dan estrogen, meningkatkan pengeluaran oxcytoksin dan mengakibatkan peningkatan aktivitas kontraksi rahim.
4).    Teori prostaglandin : Peningkatan prostaglandin sejak hamil 15 minggu dikeluarkan decidua dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
5).   Tekanan  kepala bayi pada ganglion cervikalis dan fleksus franken house dapat menimbulkan kontraksi rahim dan reflek mengejan.
(Manuaba, 1998; 158 – 159)

3. Fisiologi
    Tahap-tahap persalinan
Selama proses persalinan terbagi menjadi 4 tahap (kala), yaitu:
    Kala I
Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, karena servik mulai membuka dan mendatar. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase :
1). Fase laten    : dari pembukaan 0 – 3 cm ( 7- 8 jam)
2). Fase aktif    : dibagi menjadi tiga :
1. Fase Akselerasi  : 3 – 4 cm ( 2 jam )
2. Fase Delatasi Maksimal : 4 – 8 cm ( 1- 2 jam)
3. Fase Deselerasi : 9 - 10 cm (1½ - 2 jam ) 

Kala II
Kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruangan panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasa seperti ingin buang air besar, karena tekanan pada rektum dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perinium meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti seluruh badan bayi.

    Kala III
    Setelah bayi lahir kontraksi rahim beristirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian datang pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dengan waktu 10-15 menit seluruh plasenta terlepas didorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan diatas symphisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100–200 cc.  

    Kala IV
Masa dua jam setelah persalinan, masa ini untuk melakukan observasi karena sering terjadi perdarahan  2 jam pertama setelah persalinan. Hal-hal yang perlu diobservasi adalah:
Keadaan umum ibu
    Tanda-tanda vital
    Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
    Jumlah perdarahan
Selama persalinan perdarahan yang normal tidak lebih dari 400 cc.
(Mochtar Rustam,1990;103)

    Mekanisme persalinan
Pada minggu terakhir kehamilan segmen bawah rahim meluas untuk menerima kepala janin terutama pada primi dan juga pada multipara saat partus mulai.
Urutan turunnya kepala janin:
1).    Pada permulaan persalinan kepala anak tepat diatas PAP dengan posisi ubun-ubun depan dan belakang sama (SYNCLITISMUS)
2).    Ubun – ubun dengan tertahan symphisis sehingga ubun –ubun belakang lebih rendah karena bagian belakang ada lengkungan sakrum (ASYNTICLISMUS POSTERIOR)
3).    Dengan adanya his kepala makin turun sehingga tekanan symphisis terlepas dan kepala berputar lagi sampai ubun-ubun depan dan ubun-ubun belakang sama tinggi (ASYNTICLISMUS)
4).    Akhirnya sampai pintu bawah panggul dengan posisi kepala ubun-ubun depan lebih rendah (ASYINTICLISMUS ANTERIOR) sehingga posisi kepala dalam keadaan flexi
5).    Karena ruangan pintu bawah panggul lebih longgar dan lunak kepala mengadakan PUTAR PAKSI  dalam sehingga ubun-ubun kecil berada dibawah symphisis, saat ini akan terjadi  moulase kepala janin
6).    Dengan kekuatan his dan mengejan kepala makin maju dan mengadakan ekstensi dan defleksi (membuka pintu) dengan ubun-ubun kecil sebagai hypomuclion (pusat putaran) dan lahirlah ubun-ubun besar, dahi, muka, dan kepala seluruhnya
7).    Kemudian kepala mengadakan putar paksi (RESTITUSI) sesuai dengan letak punggung
8).    Selanjutnya melahirkan badan anak.
    (Mochtar Rustam, 1998; 94)

4.    Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.  Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.

5.    Klasifikasi
1)    Persalinan spontan : bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
2)    Persalinan buatan  : bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu alat forceps, vacum, dan sectio caesarea
3)    Persalinan anjuran : bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar dengan jalan rangsangan yaitu : dengan induksi, amniotomi, dan lain-lain.
(Manuaba, 1998; 157)

6.    Manifestasi Klinis
1.1.6.1    Tanda-tanda Persalinan akan terjadi, maka menunjukkan tanda khusus bahwa persalinan sudah dekat yaitu :
1)    Terjadi lightening
Menjelang kehamilan 36 minggu pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi mulai masuk PAP yang disebabkan oleh :
(1)    Adanya kontraksi uterus Braxton Hick
(2)    Ketegangan dinding perut
(3)    Ketegangan ligamen rotundum
(4)    Gaya berat janin dimana kepala ada di bawah
Semua ini dirasakan oleh ibu dengan rasa sesak berkurang, bagian bawah rasa berat, terjadi kesulitan berjalan dan sering kencing.
2)    Terjadi his pendahuluan
Makin tuanya kehamilan pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang sehingga menimbulkan kontraksi lebih sering yang disebut his palsu, sifatnya :
(1)    Pasien nyeri ringan di perut bagian bawah
(2)    Datangnya tidak teratur dan durasinya lebih pendek
(3)    Tidak bertambah bila beraktivitas

Gejala-gejala Persalinan
1).    Adanya his (kontraksi rahim)
    Sering dan teratur dengan frekuensi yang makin pendek dan sifatnya hilang timbul, his dirasakan dari perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan berpengaruh terhadap pembukaan servik.
2).    Pengeluaran lendir dan darah
    Adanya his terjadi perubahan servik berupa pendataran, penipisan dan pembukaan sehingga timbul perdarahan akibat kapiler yang pecah, tanda ini disebut Bloody Show.
3).    Adanya ketuban pecah
    Pecahnya ketuban diharapkan persalinan terjadi dalam 24 jam.
4).    Adanya perubahan servik : servik makin lunak, penipisan dan pembukaan.

7.    Pemeriksaan Penunjang
1).    Pemeriksaan Laboratorium
(1.)    Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
(2.)    Pemeriksaan urin gula
    Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
(3.)     Pemeriksaan darah
2).    Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3).    Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4).    Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama

8.    Penatalaksanaan
Memimpin persalinan dengan mengajarkan ibu untuk mengejan setiap ada his dengan cara tarik nafas sedalam mungkin dipertahankan dengan demikian diafragma membantu otot dinding rahim mendorong ke arah jalan rahim.
1)    Bila kontraksi hilang ibu dianjurkan nafas dalam secara teratur
2)    Demikian seterusnya sampai kepala anak akan lahir lalu ibu diminta untuk bernafas hal ini agar perinium meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala tidak terlalu cepat
3)    Menolong melahirkan kepala
(1)    Letakkan satu tangan pada kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
(2)    Menahan perinium dengan satu tangan lainnya yang dialasi duk steril agar tidak terjadi robekan.
(3)    Setelah muka bayi lahir diusap dengan kasa steril untuk membersihkan dari kotoran
4)    Melahirkan bayi
Periksa tali pusat
Bila ada lilitan tali pusat dilonggarkan dulu dan bila lilitan terlalu erat maka diklem pada dua tempat dan dipotong sambil melindungi leher anak.
Melahirkan anak dan anggota seluruhnya
1)    Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi (biparietal)
2)    Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan tarikan ke atas untuk melahirkan bahu belakang
3)    Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh seluruhnya.
1.1.8.4    Merawat bayi
1)    Pegang erat bayi agar jangan jatuh, letakkan di perut ibu.
2)    Bebaskan jalan nafas bayi dengan menghisap lendir dari mulut dan hidung bayi
3)    Potong tali pusat yang sebelumnya diklem 15 cm dari perut bayi dan klem kedua 2 cm dari klem pertama lalu dipotong diantaranya, kemudian dijepit atau ditali, dibungkus kasa betadin atau kasa alkohol 70%
Setelah bayi lahir jangan lupa perhatikan perdarahan, kontraksi uterus dan robekan perinium. Jika ada dilakukan penjahitan.



                                    DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta
Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi, EGC. Jakarta
Jones. (2001). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi,  Edisi 6. Alih Bahasa Hadyanto. Jakarta



Kamis, 05 September 2013

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM


1.      Pengertian.
Kista ovarium adalah kantung yang tertutup yang abnormal atau normal,berlapis jaringan epithel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat yang terdapat di ovarium.
2.      Etiologi.
Secara pasti belum diketahui, akan tetapi adapun faktor predisposisinya:
1)      Keturunan.
2)      Wanita yang keluarga dekatnya mengidap kanker ovarium.
3)      Diet tinggi lemak.
4)      Kegemukan.
5)      Tidak pernah mengandung (hamil) paling beresiko kanker ovarium.
( Elizabeth J. Corwin, 2000: Hal. 656 )
3.      Patofisiologi.
Tumor ovarium mempunyai arti obstetri yang lebih penting. Tidak ada dalam tubuh wanita yang lebih banyak tumbuh tumor selain dari ovariu. Tumor ini dapat berupa kistik, padat, kecil besar, memberikan pengaruh hormon, bisa pula jinak dan ganas. Yang sering dijumpai adalah kista ovari, kista dermaid. Kista ovari dapat menjadi besar sekali disebut kista ovari permagna.
Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan:
1)      Tumor besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus, parus prematusus.
2)      Tumor yang bertangkai, karena pembesaran uterus atau pengecilan uterus setelah partus, terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut.
3)      Dapat menyebabkan kelainan-kelainan letak janin.
4)      Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
5)      Tumor besar dan belokasi dibawah dapat menghalangi persalinan.
4.      Tanda Dan Gejala.
Bila mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah yang dikenai. Seperti pada semua tumor, ovari dapat menyebabkan torsi ( terpelincir ). Kadang-kadang walaupun jarang dapat terjadi ovarium secara spontan, dengan disertai tanda-tanda pendarahan intra abdominal sehingga gambaran klinisnya dapat menyerupai suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Yang paling sering terjadi ialah cairan kista tersebut mengalami reborsi secara spontan setelah satu atau dua siklus.
5.      Pemeriksaan Penunjang.
1)      Pap Smear.
2)      Pemeriksaan USG.
3)      Biopsi.
4)      Tes kimi skrining, misalnya: elektrolit ( natrium, kalium, kalsium ), tes ginjal         ( BUN / cc ) , tes hepar ( bilirubin, AST / SGOT alkalin fosfat, LDH ), tes tulang ( alkalin fosfat, kalsium ).
5)      Sinar x dada, menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
6.      Penatalaksanaan Medis.
1)      Pembedahan dengan atau tanpa kemoterapi adalah pengobatan pilihan bagi semua kanker saluran reproduksi.
2)      Bedah laser atau bedah beku ( Cryosurgery ) dapat diterapkan untuk kanker vagina atau serviks.

7.      Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan.
1)      Gangguan rasa nyaman; nyeri b.d luka bekas operasi.
Intervensi:
        Kaji penyebab nyeri dan skala nyeri.
        Monitor tanda-tanda vital.
        Ajarkan tehnik relaksasi.
        Atur posisi senyaman mungkin

2)      Keterbatasan aktifitas b.d nyeri post op.
        Kaji kekuatan otot.
        Bantu pasien beraktifitas.
        Latih pasien beraktifitas.


Daftar  pustaka

Doengoes, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC.
Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta; Media Aesculapius. FKUI
Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta; EGC.
Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka.

Kamis, 25 Juli 2013

par_co

par_co

Resume Ispa pada anak

RESUME
ISPA
Tgl masuk Rs :23-07-2013                                                                  Diagnosa:ISPA
Tgl pengkajian:23-07-2013                                                                   Ruangan:Poli Anak
Jam pengkajian:11-00                                                                           No Rek   :18 49 46

1.Biodata
A. identitas Klien
Nama : An” “A”
Tanggal Lahir : 04-07-2008
Umur : 6 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jln.emy saelan

B. identitas suami dan istri            
Nama : “Tn” N                                                                         Nama: “Ny”I
Umur:30 Thn                                                                           Umur:35 Thn
Agama:Islam                                                                           Agama:Islam
Pendidikan:SMA                                                                      Pendidikan:SMA                     
Alamat :Jln.Emy Saelan                                                          Alamat :Jln.Emy Saelan



2.RIWAYAT KESEHATAN
     A.Keluhan Utama : Batuk berlendir dan pilek
     B.Riwayat Keluhan : Klien masuk RS  dengan keluhan batuk berlendir di sertai pilek 2 hari yang lalu
    C.Factor pencetus : Apa bila klien terkena angin,asap rokok, dan debu
     D.Sifat keluhan : Batuk klien meningkat pada malam hari
     E.Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak,      nafsu makan                                                       menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan
    F.Riwayat penyakit  dahulu : klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit (ISPA )
   G.Riwayat penyakit keluarga : Menurut orang tua klien, kakak klien juga pernah mengalami sakit seperti                                                       penyakit klien tersebut.












C.PEMERIKSAAN FISIK
A.Kesadaran : kompos mentis
B.TTV                :  TD :                                     P:
                            N :        
C.Sistem Pernafasan
            1.Hidung :
          -Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tampak batuk tidak produktif


            2.Leher :
          -Palpasi

 Tdk Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis Tidak atau teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

            3.Dada :        
          -Perkusi
Suara paru normal (resonance)

          -Auskultasi
tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

                                   



D.KLASIFIKASI DATA
            Ds: orang tua klien mengatakan anaknya batuk berlendir di sertai pilek    
                  Orang tua klien mengatakan anaknya batuk pada malam hari dan suah tidur
                  Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan
                 
            


            Do:  klien nampak batuk
                     Wajah klien tampak meringis tiap kali batuk
                    Klien mengatakan sakit tenggorokan











E.Masalah keperawatan :  jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus (secret)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kreteria hasil: hidung bersih, tidak ada secret klien dapat bernafas dengan lancer.
F.Rencana keperawatan :
·         Observasi sistem pernafasan dan adanya sumbatan
·         Bersihkan jika ada sumbatan
·         Berikan posisi semi fowler
·         Anjurkan klien untuk minum air yang hangat
·         Ajarkan batuk efektif
·         Masase punggung dan dada klien
·         Kalaborasi pemberian O2
     
G.Evaluasi
S: orang tua klien mengatakan anaknya masih batuk
O: klien nampak batuk
A: masalah belum terasi
P: lanjutkan intervensi

H. Masalah Keperatan : Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan pola nafas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak ada sumbatan.
·         Berikan posisi semi fowler
·         Kalaborasi pemberian O2
·         Kalaborasi pemberian obat
I.Evaluasi
S:Orang tua klien mengatakan klien masih batuk
O:Klien nampak batuk
A:Maslah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi

J.Masalah Keperatan :Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah gangguan nutrisi teratasi dengan kreteria hasil: napsu makan klien meningkat dan peningkatan BB, wajah terlihat segar.

Rencana Keperawatan
·         Observasi adanya gangguan nutrisi
·         Observasi pola makan
·         Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering yaitu 2 jam sekali
·         Anjurkan diet yang sehat
·         Kalaborasi dengan tim gizi
·         Kalaborasi pemberian obat
K.Evaluasi
S:Orang tua klien mengatakan klien malas makan
O:Klien nampak makan
A:masalah belum teratasi
P:Lanjutkan Intervensi





           









Rabu, 24 Juli 2013

Laporan Pendahuluan Ispa


A.    DEFINISI
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
l. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran  pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).


B.     ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. (Suriadi,Yuliani R,2001)

C.     TANDA DAN GEJALA
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1.   Batuk
2.   Nafas cepat
3.   Bersin
4.   Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5.   Nyeri kepala
6.   Demam ringan
7.   Tidak enak badan
8.   Hidung tersumbat
9.   Kadang-kadang sakit saat menelan
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1.    Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2.    Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
3.    Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4.    Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak
(Naning R,2002)


D.    KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia



E.     PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).


G.    KOMPLIKASI
1.      Penemonia
2.      Bronchitis
3.      Sinusitis
4.      Laryngitis
5.      Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)




F.      Diagnosa Keperawatan
1)      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus (secret)
2)      Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung
3)      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  ventilasi perfusi
4)      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
5)      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri
6)      Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
7)      Nyeri akut berhubungan dengan agen biologi


H.Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan:
·         Observasi sistem pernafasan dan adanya sumbatan
·         Bersihkan jika ada sumbatan
·         Berikan posisi semi fowler
·         Anjurkan klien untuk minum air yang hangat
·         Ajarkan batuk efektif
·         Masase punggung dan dada klien
·         Kalaborasi pemberian O2
·         Kalaborasi pemberian obat


















Penyimpangan kdm Ispa









   DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2006.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 2007

Suriadi,Yuliani R,2005,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Gordon,et.al,2006, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2005-2006,Philadelpia,USA

Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Catzel, Pincus & Ian robets. (2005). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa  oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC

Gordon,et.al,2005, Nursing Diagnoses : definition & Classification2005-2005,Philadelpia,USA

Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2007), PSIK UMJ, Jakarta

Naning R,2006,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan

Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang

Soegijanto, S (2007). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.
Jakarta: Salemba medika